Senin, 24 September 2012

Waiting #Part-2


“Davin”
7. Berharap
Tidak ada salahnya berharap terhadap sesuatu…

Terbaring di atas kasur, memandang foto-foto yang tertera di layar laptop membuatku memaksakan diri untuk kembali berharap. Penampilannya yang sederhana, wajah yang ramah dan selalu terlihat ceria, sikapnya yang sering aku rindukan membuatku ingin menemuinya, berdiri tepat di hadapannya dan mengatakan “aku merindukanmu, maafkan aku” mungkin itu sebagian perasaan yang ingin aku  ungkapkan.
Tapi—bagaimana aku bisa mengatakan kalimat itu? Hanya untuk mengatakan “halo, apa kabar?” secara langsungpun aku malu. Entah itu malu jaim atau apa, sulit untukku cerna sendiri.
###

Hmm, aku ingin mendengar suaranya yang lucu dan polos. Apakah aku harus meneleponnya?

HP sudah ku genggam, ku cari nama Khaira di contact Hpku. Nomornya ternyata masih ada, seulas senyum tiba-tiba tersungging di bibirku.

Aku ingin sekali menekan tomboh bergambar telepon warna hijau, tapi kenapa aku merasa takut untuk melakukannya. Mungkinkah karena rasa bersalahku yang terlalu besar, hingga aku takut untuk menghubunginya lagi.

Entahlah…

Sabtu, 01 September 2012

Waiting #Part-1



prolog
Setiap orang pasti akan terjebak dalam titik jenuh, titik dimana orang-orang merasa bahwa dirinya putus asa untuk sesaat..
Entah sampai kapan aku akan bertahan, bertahan untuk menunggumu..

“Khaira”
Aku duduk di bangku meja belajar dalam sepinya suasana kamar, memandangi secarik foto yang terpampang rapih di dalam bingkai berwarna biru muda.
 Seorang pria tampan, jangkung, berbahu bidang, berambut hitam di potong rapih membentuk wajahnya, berkulit coklat santan dan gaya pakaiannya yang santai dengan celana jeans panjang tidak ketat dan kaos berwarna putih yang berkerah sedang tersenyum ramah ke arah kamera. Sosok yang selalu membuatku bertindak aneh dan selalu membuatku tersenyum. Hmm, aku merindukannya..

Pages