“Davin”
7.
Berharap
Tidak ada salahnya berharap terhadap sesuatu…
Terbaring di atas kasur, memandang foto-foto yang
tertera di layar laptop membuatku memaksakan diri untuk kembali berharap.
Penampilannya yang sederhana, wajah yang ramah dan selalu terlihat ceria,
sikapnya yang sering aku rindukan membuatku ingin menemuinya, berdiri tepat di
hadapannya dan mengatakan “aku merindukanmu, maafkan aku” mungkin itu sebagian
perasaan yang ingin aku ungkapkan.
Tapi—bagaimana aku bisa mengatakan kalimat
itu? Hanya untuk mengatakan “halo, apa kabar?” secara langsungpun aku malu.
Entah itu malu jaim atau apa, sulit untukku cerna sendiri.
###
Hmm, aku ingin mendengar suaranya yang lucu dan
polos. Apakah aku harus meneleponnya?
HP sudah ku genggam, ku cari nama Khaira di contact Hpku. Nomornya ternyata masih
ada, seulas senyum tiba-tiba tersungging di bibirku.
Aku ingin sekali menekan tomboh bergambar telepon
warna hijau, tapi kenapa aku merasa takut untuk melakukannya. Mungkinkah karena
rasa bersalahku yang terlalu besar, hingga aku takut untuk menghubunginya lagi.
Aku seperti menjadi orang yang bersembunyi dibalik
ketakutan, menghindar dari kecerobohanku sendiri, untuk saat ini--- aku tidak
tahu.
###
8.
Try
Try to call you…
Ini semua entah salah siapa, mungkin tidak semua
beban rasa bersalah itu bertumpu untukku. Haruskah aku menyalahkan waktu? itu
antara mungkin dan tidak mungkin.
I
miss you, I want to call you now, and I want to hear your voice…
If
I’m wrong, please forgive me…
###
Apa yang kulakukan? Aku menekan tombol telepon itu,
tidak mungkin aku menutupnya, bunyi nada tunggu sudah terdengar tiga kali,
masih belum ada yang mengangkat. Apakah ini terlalu malam? Kurasa tidak..
Telepon akhirnya terangkat..
“halo?” ku coba memulai menyapa setelah bunyi
telepon terangkat. Kuharap yang mengangkat langsung Khaira, bukan papanya atau
mamanya atau juga adiknya.
Tidak ada suara sesaat, dan--- “ya? Ini siapa ya?”
terdengar suara polos yang membuatku tersenyum tipis, membuatku beku untuk
sesaat. Bingung, apa yang harus ku katakan??
Ku tarik napas perlahan, “Khaira, kamu masih inget
suaraku?” semoga pertanyaanku itu dapat mencairkan suasana, dapat memulai
percakapan yang entah akan seperti apa kemudian.
Tapi… tidak ada jawaban dari sana, apakah dia tahu
aku yang menelponnya dan dia marah, dia tidak mau berbicara lagi? Oh tuhan, aku
sangat tidak mengharapkan itu.
“halo? Khaira?”
“oh.. i--iyaa, ini Davin kan?”
akhirnya terdengar suara Khaira, dan benar, dia masih mengenali suaraku.
“iya, hehe, ini aku Davin.
Ternyata kamu masih inget aku. Hmm, apa kabar Khaira?”
“hmm.. a--aku… aku baik baik aja
ko” suara Khaira terdengar kaku, entah itu karena dia ragu atau karena dia
menahan marahnya sampai suaranya terdengar aneh.
Tuuut.. suara
telepon terputus. Keningku mulai berkerut “halo? halo? Khaira?” aku coba
menemukan suara Khaira di telepon, tetap tidak ada jawaban lagi, tidak ada lagi
suara Khaira, yang ada hanya suara telepon terputus. Mungkin, dia masih marah
padaku..
###
I’m sorry Khaira ucapku
dalam hati..
Apakah Khaira masih marah? Benar-benar
marah? Aku semakin bingung dan merasa bersalah. Tapi bukankah ini semua yang
terkadang dia inginkan? Bukankah dia menginginkan aku untuk menjauhinya? Dan
dia pernah menginginkan untuk lost
contact denganku. Aaagghh aku bingung!!
###
9. Review
If you away from me, believe me, I’m your
heart…
*song*
I can see you if you’re not with me I can
say to my self if you’re okay
I can feel you if you’re not with me I can
reach you my self, you show me the way
Aku dan kamu sama-sama suka lagu itu. Kamu tau lagu
itu dari aku, hehe.
“Khaira, coba denger lagu ini” tawarku sambil
mendekatkan MP4 ku kepada Khaira. Waktu itu aku dan Khaira sedang duduk di
tangga sekolah SMP. Dulu aku dan Khaira satu SMP.
Khaira menjauhkan kepalanya sejenak “lagu apa itu?”
tanyanya.
“ini lagunya Bondan Prakoso ft Fade2Black, judulnya not with me. Coba dengerin dulu, jangan
protes” jawabku.
Khaira mendekatkan kepalanya ke MP4 yang sedang aku
pegang. Matanya terpejam, bibirnya menyunggingkan seulas senyum samar. Dia mendengarkan
lagu itu sampai selesai dengan keadaan mata terpejam.
“wah, bagus lagunya, aku suka. Hehe.” Ucapnya ketika
lagu selesai diputar.
“hmm, keasyikan kamu, tangan aku pegel nih mengangin
MP4 dari tadi. Huh..” candaku sedikit.
Wajah Khaira langsung berubah dalam waktu sekejap,
keningnya terlihat berkerut, bibirnya yang tadi menyunggingkan seulas senyum,
tiba-tiba berubah cemberut.
“ih, suruh siapa terus-terusan megangin, kamu yang
mau kan? yaudah aku diemin” komentar Khaira.
Tawaku langsung menggelegar “haha, gitu aja marah,
dasar jelek” ejekku sambil mencubit hidungnya.
“aw, sakit tau Vin! lepasin idung akuuu” protesnya. Tapi
aku tidak menghiraukannya. Aku masih tertawa jahil sambil menyubit hidungnya.
“biar mancung Ra, hehe”
“hmm, ngeledek kan?” jawab Khaira ngambek.
###
Aku merindukan masa-masa itu, masa ketika aku masih
bersama-sama dengan Khaira…
Khaira, apa kabar kamu disana? Pesanku, jangan nakal
ya…
###
0 komentar:
Posting Komentar